Semarang, Beritasatu.com - Negara perlu menjamin terwujudnya manusia Indonesia berbudaya Indonesia, bukan berbudaya bangsa lain. Apalagi Indonesia sudah masuk di era masyarakat 5.0 yang ditandai oleh kemajuan teknologi digital yang mengaburkan batas negara. Oleh karena itu, revolusi mental menjadi landasan penting dalam mewujudkan Indonesia yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan.
"Setelah revolusi 4.0, Indonesia kini masuk era revolusi 5.0, " kata Puan Maharani Nakshatra Kusjala Devi dalam pidato penganugerahan gelar kehormatan berjudul "Kebudayaan Sebagai Landasan Utama Membangun Manusia Indonesia Berpancasila Menuju Era Masyarakat 5.0". Pidato itu disampaikan di hadapan senat guru besar Universitas Diponegoro (Undip), Jumat (14/2/2020).
Hadir pada acara ini, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, mantan Wapres Muhammad Jusuf Kalla, para menteri, Kepala BIN Budi Gunawan, politisi, dan kalangan pengusaha. Para menteri yang hadir, antara lain, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menkeu Sri Mulyani, Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly, dan Menhub Budi Karya.
Masyarakat 5.0, kata Puan, merupakan pengembangan konsep revolusi 4.0. Pada World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, 21-24 Januari 2020 lalu, para pembicara menegaskan pentingnya revolusi 5.0 untuk mencegah dampak buruk revolusi 4.0.
Revolusi 4.0 telah mengubah cara hidup manusia dengan mengaburkan batas ruang antara dunia maya (cyberspace) dan dunia fisik (physicalspace). Revolusi 4.0 membawa manfaat sekaligus mendisrupsi berbagai kemapanan, termasuk kebudayaan.
Masyarakat 5.0 memberikan ruang bagi terintegrasinya secara erat dunia fisik dan dunia maya, mengurangi dampak negatif kehadiran revolusi 4.0, dan mengembalikan manusia sebagai mahluk sosial yang hidup bermasyarakat.
Fokus revolusi 5.0, kata Puan, adalah manusia dan proses menciptakan kondisi masyarakat yang bahagia, penuh dengan motivasi, memiliki kepuasan terhadap hasil kerja, sehingga berdampak pada produktivitas dan kesejahteraan. "Dalam mewujudkan masyarakat 5.0, kita sudah kita sebagai bangsa sudah memiliki landasan ideologis Pancasila," ungkap Puan yang adalah putri presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri.
Agar nilai-nilai Pancasila menjadi landasan berpikir dan bersikap sekaligus menjadi budaya bagi segenap bangsa diperlukan revolusi mental. "Revolusi mental sudah di-endorse lewat program-program aksi bidang sejarah dan kebudayaan saat saya menjadi Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan," tukas Puan.
Revolusi mental merupakan bagian dari proses pembentukan karakter bangsa guna mewujudkan cita-cita kemerdekaan, yaitu merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila. "Dalam konteks ini, perlu pembangunan sumber daya manusia secara komprehensif di berbagai lini," ungkap perempuan pertama Indonesia yang menjadi ketua DPR RI.
Reorientasi
Puan menekankan pentingnya langkah konkret merumuskan kebijakan untuk membebaskan generasi muda yang terancam disorientasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pentingnya kebijakan yang membantu generasi muda beralih dari masyarakat 4.0 ke masyarakat 5.0.
Puan mengajukan tiga saran. Pertama, reorientasi cara pandang dalam melihat dan memfungsikan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kebudayaan Indonesia harus dipandang, ditempatkan, dan difungsikan sebagai arus utama yang menjadi landasan untuk memanusiakan manusia.
Kedua, memberdayakan negara untuk menjamin terlaksananya pembangunan manusia Indonesia yang berkebudayaan Indonesia. "Bukan manusia Indonesia yang kebudayaan lain," tegas Puan.
Seperti ditulis Bung Karno, kata Puan, aspek keindonesiaan dari Indonesian nation state, merupakan hasil rekayasa dalam proses sejarah bangsa. Karena itu, untuk mewujudkan kebudayaan Indonesia dibutuhkan rekayasa. "Kita tidak bisa membiarkan kebudayaan berkembang secara alamiah. Jika itu terjadi, kebudayaan transnasional akan menjadi tuan di negeri kita," ungkap Puan.
Ketiga, pentingnya mengimplementasi kebijakan negara pada ranah praktis yang mampu menyentuh sendi-sendi paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Kebudayaan harus menjadi kekuatan arus utama dalam pembangunan.
Ketua Senat Guru Besar Undip Prof Dr Ir Sunarso MS mengakui, Puan adalah tokoh kebudayaan dan juga tokoh politik. Putri mantan Ketua MPR RI Taufik Kiemas itu juga ketua DPR RI pertama wanita di Indonesia.
Puan adalah doktor HC ke-13 sejak Undip berdiri. "Almamater adalah ibu yang menyusui. Kampus adalah ibu yang menyusui kita semua dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya," kata Sunarso.
Prof Dr Yety Rochwulaningsih MSi, salah satu tim penilai penganugerahan gelar kehormatan mengatakan, Puan sangat tepat menerima doktor kehormatan karena ia adalah tokoh nasional yang memperjuangkan kebudayaan nasional. Berbagai tulisan promovenda juga mencerminkan kepeduliannya terhadap kebudayaan dan kualitas manusia Indonesia.
"penting" - Google Berita
February 14, 2020 at 04:04PM
https://ift.tt/39zGi6i
Revolusi Mental Penting di Era Masyarakat 5.0 - m.beritasatu.com
"penting" - Google Berita
https://ift.tt/2mMnZYW
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Revolusi Mental Penting di Era Masyarakat 5.0 - m.beritasatu.com"
Post a Comment