Fenomena berpacaran generasi milenial di Indonesia saat ini sudah sangat terbuka dan cenderung berani untuk mengambil risiko. Tidak sedikit dari mereka yang akhirnya dibutakan oleh cinta sehingga tidak sadar bahwa sedang berada dalam hubungan yang berbahaya. Hal tersebut dapat berujung pada terjadinya kekerasan dalam hubungan atau disebut abusive relationship.

Abusive relationship adalah suatu bentuk kekerasan dalam hubungan dan merupakan hal yang sudah marak kita temui dalam kehidupan saat ini. Abusive Relationship terjadi dalam berbagai bentuk yaitu secara fisik, psikologis, seksual bahkan finansial dan dapat terjadi kepada laki-laki maupun perempuan.

Catatan Tahunan (Catahu) Komnas Perempuan 2019 menunjukkan bahwa berdasarkan laporan kekerasan di ranah privat/personal yang diterima mitra pengadalayanan, terdapat angka Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) yang meningkat dan cukup besar yaitu sebanyak 2.073 kasus. Meningkatnya jumlah laporan ini menandakan bahwa masih banyak yang terjebak atau bahkan tidak menyadari sedang berada dalam abusive relationship.

Kenyataannya memang tidak banyak orang yang menyadari bahwa mereka sedang berada dalam abusive relationship hingga akhirnya mereka terjebak dan sulit keluar dari hubungan tersebut. Banyak orang beranggapan bahwa abusive relationship itu hanya berupa kekerasan fisik saja, padahal tidak. Oleh karena itu, penting sekali untuk mengenal lebih dalam terkait apa saja gejala awal abusive relationship dalam hubungan berpacaran khususnya.

Untuk mengantisipasi dan menghindari kekerasan yang terjadi dalam hubungan pacaran maka penting sekali untuk lebih mengenal gejala awal yang terjadi. Adapun beberapa gejala tersebut antara lain:

1. Mudah berubah sikap

Ilustrasi orang sedih (coach.nine.com.au)

Perubahan sikap pasangan dapat menjadi salah satu indikasi tindakan yang abusive. Jika pasangan mudah berubah sikap hingga membuat keadaan hubungan tidak lagi nyaman maka harus segera diwaspadai. Misalnya pasangan tiba-tiba berubah sikap menjadi kasar baik secara fisik maupun verbal.

2. Playing victim

Ilustrasi laki-laki memarahi wanita (psychologytoday.com)

Playing victim adalah ketika pasangan selalu merasa dirinya adalah korban dari segala situasi yang terjadi. Hal ini dapat menjadi salah satu indikasi tindakan abusive relationship. Coba pikirkan lagi, selama ini kamu atau pasanganmu yang selalu merasa menjadi korban padahal salah?

3. Mengisolasi kehidupan

Ilustrasi menyendiri (thehealthy.com)

Sadar atau tidak banyak sekali pasangan dalam konteks pacaran di sekitar kita yang kehidupan bersosialisasinya menjadi terbatas. Misalnya melarang untuk bergaul dengan teman-teman atau aktif dalam berbagai kegiatan. banyak yang tidak menyadari bahwa ini merupakan salah satu bentuk kekerasan dalam hubungan.

4. Posesif

Ilustrasi posesif (anao.gov.au)

Posesif merupakan keadaan dimana pasangan merasa tidak aman dengan hubungannya. Pasangan yang posesif akan memeriksa setiap saat apa, dengan siapa dan dimana keberadaan kita secara memaksa. Pasangan yang posesif akan mengontrol segala sesuatu yang kita lakukan. Pada dasarnya pasangan seperti ini merasa tidak percaya diri dan takut dengan kehadiran seseorang yang lebih baik darinya, yang akan merebut pasangannya.

5. Mengancam

Ilustrasi kekerasan dalam hubungan (helpguide.org)

Banyak kita lihat pasangan yang melakukan ancaman untuk memuaskan keinginannya. Ancaman dapat dilakukan baik secara verbal maupun nonverbal. Mereka bahkan akan mengacam orang sekitar kita, seperti keluarga dan teman terdekat.

6. Kritik berlebihan

Ilustrasi kekerasan dalam hubungan (worldatlas.com)

Kritik berlebihan hingga mengarah kepada penghinaan merupakan suatu bentuk kekerasan dalam hubungan. Mendapat kritik memang diperlukan, namun kritik yang membangkitkan bukan justru menjatuhkan. Pasangan yang bersikap seperti ini cenderung akan menjatuhkan kita baik di publik atau ketika sedang berdua saja.

Sebarkan tanda-tanda ini pada lingkungan sekitar agar tidak lebih banyak korban yang terjebak dalam abusive relationship khususnya dalam hubungan pacaran. Kekerasan dalam bentuk apapun yang dilakukan oleh pasangan tidak dapat dibenarkan.